2/22/2016

Catatan Dari Kota Seribu Sungai (Bagian-4) - Gagahnya Jembatan Barito & Pesona Danau Biru

Senin, 8 Februari 2016

Tak terasa, ini adalah hari terakhir kami di Banjarmasin. Sebelum pulang, kami masih mempunyai waktu untuk jalan-jalan di kota Banjarmasin karena penerbangan kami di sore hari. Tujuan kami selanjutnya adalah Jembatan Barito.

Jembatan Barito adalah jembatan yang membelah sungai Barito. Jembatan ini memiliki panjang 1.082 m2 dan merupakan salah satu jembatan gantung terpanjang di Indonesia. Jadi tidak heran kalau jembatan ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Jembatan ini juga menghubungkan dua provinsi yakni Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.



Puas foto-foto dan menikmati kemegahan jembatan Barito, kami pun melanjutkan perjalanan kami ke Danau Biru. Wisata Danau Biru ini bisa dikatakan booming karena pengaruh sosial media. Danau Biru merupakan danau dari  bekas pertambangan pasir. Jadi tidak heran kalau airnya biru dan jernih karena di dasar danau ada pasir putih.

Tempat ini sangat cocok untuk bersantai dan bisa digunakan untuk berenang juga. Lokasinya memang cukup jauh dari kota Banjarmasin dan akses jalannya pun tidak bagus jadi anda musti bersabar kalau mau ke tempat ini.





Setelah puas menikmati pesona Danau Biru, kami pun bergegas untuk pulang dan menuju Bandara karena perjalanan ke Bandara cukup jauh.

Sampai ketemu di lain waktu Banjarmasin...:)

Catatan Dari Kota Seribu Sungai (Bagian-3) - Loksado

Setelah puas menikmati pesona pasar terapung Lok Baintan, kami pun memutuskan melanjutkan perjalanan kami ke destinasi selanjutnya yakni Loksado. Saya mendengar nama Loksado pertama kali dari sebuah tayangan di televisi swasta dan semenjak itu saya penasaran ingin kesana. Untuk mencapai Loksado memangg dibutuhkan waktu yang cukup lama yakni 4 - 5 jam perjalanan. Cukup lama bukan?

Tapi rasa bosan dan capek itu akan terbayar ketika anda sudah mencapai Loksado. Pemandangan hijau perbukitan dan udara yang sangat sejuk berhasil mengobati rasa capek anda. Di Loksado sendiri banyak objek wisata yang bisa dikunjungi seperti: arung jeram menggunakan rakit bambu, perkampungan suku Dayak, air terjun, bukit, dan lain sebagainya.

Sayang sekali saat kami kesini hanya beberapa tempat yang bisa kunjungi dikarenakan lagi musim hujan.




Karena banyaknya objek yang bisa dikunjungi di Loksado, maka alangkah baiknya kalau anda menginap satu malam disini supaya bisa menjelajahi tempat-tempat tersebut. Sayang sekali saat itu kami harus pulang pergi karena waktu yang kami miliki sangat sedikit. Setelah puas menikmati alam loksado, jam 5 sore kami memutuskan untuk pulang ke Banjarmasin. Dan tidak lupa setelah sampai di Banjarmasin kami menyempatkan untuk makan "Lontong Orari" yang memang sudah sangat terkenal.

Lontong Orari
Penyajian Lontong Orari ini memang unik. Ukuran lontongnya cukup besar dan berbentuk segitiga, ditambah kuah santan dan lauk ikan gabus/ ayam/ telor dan sayur nangkanya membuat rasa makanan ini menjadi nikmat. Tempat duduknya juga cukup unik yakni berupa lesehan dan buka dari pagi sampai dini hari.

2/17/2016

Catatan Dari Kota Seribu Sungai (Bagian-2) - Pasar Terapung Lok Baintan

Minggu, 7 Februari 2016

Pagi itu kami bangun jam lima subuh karena tujuan kami hari itu adalah pasar terapung Lok Baintan. Aktifitas di Pasar Lok Baintan sendiri dimulai dari selepas sholat subuh dan berakhir sekitar jam 9 pagi. Sesuai dengan namanya, lokasinya memang berada di desa Lok Baintan yang secara administratif berada di Kabupaten Banjar.

Jadi, bagi anda yang akan ke pasar ini, kalian memang harus bangun subuh karena aktifitasnya hanya ada di pagi hari. Untuk mencapai lokasi, ada beberapa alternatif yang bisa anda pilih. Kami memutuskan untuk menyewa klotok. Tempat penyewaan klotok ada di banyak lokasi. Dari Banjarmasin sendiri menghabiskan waktu sekitar setengah jam untuk mencapai pasar terapung Lok Baintan.




Di sepanjang perjalanan, anda akan menemui banyak hal unik. Anda akan menyaksikan kehidupan masayarakat di sepanjang pinggiran sungai. Seperti sungai pada umumnya di Kalimantan, maka sungai akan dijadikan sumber kehidupan. Banyak aktifitas dilakukan disini seperti mandi, mencuci, dan lain sebagainya.

Setelah kurang lebih setengah jam perjalanan akhirnya kami pun sampai di pasar terapung Lok Baintan. Suasana pasar pagi itu sukup ramai. Para pedagang di sungai ini berasal dari desa-desa sekitar pinggiran sungai maupun anak sungai.





Para pedagang didominasi oleh perempuan yang menggunakan penutup kepala. Adapun barang dangangan yang dijual didominasi oleh sayur-sayuran dan buah-buahan hasil kebun mereka sendiri. Tak jarang juga banyak ditemui pedagang yang menjajakan makanan khas Kalimantan dan berbagai kerajinan tangan. Bahkan ada juga yang menjual barang-barang kebutuhan pokok seperti beras, minyak, dan lain-lain.

Disini kita masih menemukan perdagangan dengan sistem barter, jadi tidak melulu menggunakan uang. Biasanya para pedagang yang melakukan barter, akan menjual kembali barang tersebut di desanya atau untuk dikonsumsi sendiri. Besaran dan keseimbangan dari barang yang dibarter tergantung dari kesepakatan antara kedua belah pihak.




Disini juga kami sarapan khas jajanan Kalimantan dan membeli biuah-buahan khas Kalimantan. Setelah puas berkeliling dan menikmati pasar terapung Lok Baintan, kami pun memutuskan untuk pulang dan melanjutkan ke destinasi berikutnya yaitu Loksado.

bersambung....

Catatan Dari Kota Seribu Sungai (Bagian-1) - Berburu Soto Banjar & Intan


"Libur long weekend ada plan kemana?"

Sebuah pesan whatsapp dari teman mencuri perhatian saya sore itu ketika sedang asyik bekerja. 

Sejenak saya berpikir dan melihat kalender di meja saya. Ah ada long weekend ternyata minggu ini.

"Belum ada plan nih, mau kemana kita" Saya pun membalas whatsapp teman saya ini.

Tidak lama kemudian saya pun membaca balasannya: "Banjarmasin yuk"

"Lho, seingat saya bukannya sudah pernah kesana ya?" balas saya

"Iya, tapi ingin lihat pasar terapung lagi, masih penasaran"

Hmm saya pun berpikir sejenak, ajakan yang lumayan menggoda. Tanpa pikir panjang saya pun membalas: "Yuk, mumpung belum ada plan kemana-mana juga"

Singkat cerita besoknya kami langsung booking tiket pesawat dan hotel. Ah segala sesuatu yang mendadak itu memang selalu berhasil dibanding dengan rencana yang sudah diatur jauh-jauh hari.


Sabtu, 6 Februari 2016

Jam 6 pagi kami sudah di bandara karena penerbangan kami jam 07;30 saat itu. Ah ternyata pesawat kami delay, keberangkatan dimundurin jadi jam 08;30. Tidak apa-apalah, lumayan untuk tidur sambil menunggu, pikir saya.

Perjalanan dari Jakarta ke Banjarmasin menghabiskan waktu sekitar 1 jam 20 menit. Oh iya karena Banjarmasin masuk waktu Indonesia Bagian Tengah (WITA), maka waktu pun 1 jam maju dengan waktu Jakarta.

Kami pun sampai bandara Syamsudin Noor sudah menjelang tengah hari. Dari bandara kami masih harus melanjutkan perjalanan kurang lebih 45 menit menuju hotel tempat kami menginap. Letak bandara bukan di kota Banjarmasin tapi di kota Banjar Baru, jadi lokasinya memang lumayan jauh dari ibukota provinsi.

Setelah melakukan check in dan sudah mendapat kunci kamar, kami pun memutuskan untuk istirahat sebentar karena jujur saya pun kurang tidur saat itu.

Oh iya, di Banjarmasin sendiri angkutan umum memang ada tapi masih jarang, sehingga kami memutuskan untuk sewa mobil saja. Rencana awal sih mau sewa motor saja, tapi berhubung saat itu memang musim hujan dan saat kami datang pun kami sudah disambut hujan deras dan banjir maka kami pun memutuskan untuk menyewa mobil saja.

Jam setengah dua siang, mobil pesanan kami pun sudah datang dan waktunya untuk memanjakan perut. Apalagi tujuannya kalau bukan Soto Banjar. Iya, kami pingin menikamti Soto Banjar yang benar-benar asli dari kota asalnya. Setelah kami mencari-cari info akhirnya kami pun menemukan tempat yang akan kami tuju. Kami pun menuju Soto Banjar Bang Amat yang terkenal itu.

Sungai Martapura

Soto Banjar

Soto Banjar + Sate Ayam Khas Banjar

Ah, rasanya memang sungguh nikmat dan sangat berbeda rasanya dari Soto Banjar yang pernah saya makan. Jadi kalau ke Banjarmasin, jangan lupa mampir kesini. Apalagi makan sambil menikmati pemandangan kehidupan masyarakat pinggir sungai Martapura.

Setelah puas makan Soto Banjar yang nikmat itu, kami pun melanjutkan perjalanan kami. Kami ingin melihat secara langsung pertambangan intan tradisional di kota Martapura. Martapura memang terkenal sebagai salah satu penghasil intan terbesar di Indonesia bahkan dunia. Perjalanan dari Banjarmasin menuju Martapura kurang lebih satu jam.
Tambang Intan Tradisional

Pendulang Intan

Pendulang Intan
Mereka masih menggunakan cara tradisional, tidak ada peralatan modern saya lihat disini. Sekilas saya melihat kegetiran di wajah para pendulang intan ini. Mereka melakoni pekerjaan ini sudah berpuluh-puluh tahun. tampak kulit mereka kecoklatan karena terpapar sinar matahari, bertolak-belakang dengan indah dan silaunya batu intan.

Setelah puas melihat secara langsung proses para pendulang untuk mendapatkan sebutir batu intan, kami pun bergegas karena hari sudah sore. Oh iya, disini juga kita temui para pedagang intan yang menawarkan daganagannya kepada para pengunjung. Mereka menawarkan dalam bentuk perhiasan yang sudah jadi maupun yang masih dalam bentuk batu.

Karena hari sudah sore maka kami pun memutuskan untuk keliling kota Banjar Baru saja, sebelum pulang ke hotel.

bersambung...




11/11/2015

Melepas Penat Di Situ Gunung

Sebenarnya sudah lama saya dan teman ke tempat ini, tetapi baru kesampaian menulis di blog ini dikarenakan kesibukan pekerjaan. Tepatnya sih baru ada niat sekarang :)

Berawal dari niatan untuk melepas galau eh penat dari pekerjaan di ibukota, akhirnya kami memilih tempat ini untuk menghabiskan akhir pekan. Tempat yang gampang dijangkau dari ibukota dan letaknya tidak jauh-jauh amat. Anda bisa ke tempat ini dengan banyak alternatif, bisa naik bus, kereta ataupun menggunakan kendaraan pribadi.

Kami pun memilih untuk naik kereta dari stasiun Bogor menuju stasiun Cisaat. Perjalanan ditempuh kurang lebih 2 jam untuk sampai di stasiun Cisaat. Sesampainya di stasiun Cisaat kami pun nyambung naik angkor warna biru ke pertigaan Cisaat atau patokannya adalah polsek Cisaat. Perjalanan belum sampai karena kami harus nyambung naik angkot lagi menuju pintu gerbang Situ Gunung.

Setelah kurang lebih 30 menit naik angkot dengan jalanan yang menanjak terus, akhirnya kami pun sampai di pintu gerbang Situ Gunung. Udara sejuk dan dingin pun menyambut kami saat itu, yang jarang ditemui di ibukota. Oh ya, Situ Gunung ini terletak di kaki Gunung Gede Pangrango di ketinggian 850 mdpl.

Sesampainya di gerbang Situ Gunung kami pun langsung menuju penginapan yang telah kami booking sebelumnya yakni Villa Cemara. Tempatnya cukup menarik dan bersih, dengan pemandangan hijau dari balkon kamar. Villa ini mempunyai 1 buah rumah kayu yang bisa menampung 12 orang, dan 3 kamar hotel dengan tipe yang berbeda. Akhirnya kami memilih kamar hotel saja, karena jumlah kami tidak banyak. Kamarnya rapi dan bersih, sudah tersedia air panas, TV, dan 1 buah bed ukuran besar.

Villa Kayu

Kamar Non Kayu

Pemandangan Dari Balkon


Hari Pertama 

Setelah istirahat sebentar di kamar dan makan indomie rebus dan nasi goreng yang kami pesan dari mbak2 yang mengurus penginapan, akhirnya kami pun memulai petualangan kami. Pilihan pertama kami adalah Curug Sawer. Dari pintu gerbang menuju Curug Sawer bisa ditempuh selama kurang lebih 1 jam. Sebenarnya sudah ada jasa ojek untuk mengantarkan pengunjung sampai ke tempat ini, tapi kami memilih untuk jalan kaki saja (lagian ngapain juga naik ojek, kan malu :p).

Jalanan berbatu dan terjal adalah teman menuju Curug Sawer, jadi cukup menguras tenaga. Setelah kurang lebih setengah jam berjalan, dari kejauhan kami sudah mendengar sayup-sayup bunyi air terjun yang berarti curugnya sudah dekat. Sayang sekali saat itu kami datang saat musim kemarau, jadi debit air sungainya tidak terlalu deras. Pengunjung saat itu tidak terlalu ramai jadi kami bisa dengan bebas foto air terjun tanpa banyak gangguan orang-orang yang lagi mandi :).

Curug Sawer

Curug Sawer




Setelah selesai foto-foto, kami pun bersantai sejenak di atas bebatuan sambil menikmati bunyi air terjun dan pemandangan sekitar. Setelah puas menikmati air terjun kami pun melanjutkan petualangan kami, kemana lagi kalau bukan menuju Situ Gunung. Untuk sampai menuju Situ Gunung hampir sama yakni kurang lebih 1 jam perjalanan. Perjalanan cukup melelahkan saat itu, dan sayang sekali kami banyak melihat sampah-sampah bekas makanan dan minuman di sepanjang jalan. Ulah para pengunjung yang tidak bertanggung jawab. Kebetulan di tas saya ada kantong kresek, akhirnya kami pun memungut sampah-sampah tadi dan dibuang di pos yang telah disediakan. Bukan untuk pamer, tapi agar para pembaca terinspirasi untuk selalu menjaga kebersihan alam dan tidak membuang sampah kita sembarangan.

Setelah kurang lebih 1 jam berjalan kaki, akhirnya kami pun melihat plang penunjuk jalan menuju Situ Gunung. Setelah beberapa saat berjalan, kami sempat berpikir kalau kami nyasar karena hanya kami yang berjalan saat itu, tidak ada pengunjung lain. Sempat berpikir untuk balik arah pulang, tapi kami mengurungkan niat tersebut dan kembali melanjutkan perjalanan. Beberapa saat kemudian kami pun sayup-sayup mendengar suara orang berteriak, dan kami berpikir kalau Situ Gunung sudah dekat. Ternyata jalan yang kami lalui adalah jalan alternatif bukan jalan utama menuju Situ Gunung. Pantas saja sepi.

Sejam lebih perjalanan akhirnya sampailah kami di Situ Gunung. Sayang sekali saat itu lagi musim kemarau, jadi debit air Situ Gunungnya sedikit, tapi hal itu tidak mengurangi keindahan alamnya. Di tempat ini juga sudah banyak warung, jadi tidak perlu khawatir kelaparan kalau tidak membawa bekal makanan. Situ gunung terletak di ketinggian 1000 mdpl dengan luas 9 Ha. Di sekitar danau ditumbuhi pohon pinus sehingga menambanh suasana sejuk di tempat ini.

Situ Gunung

Situ Gunung

Situ Gunung
Kemudian sesaat ketika kami sedang mengelilingi danau, tiba tiba byuurr hujan deras turun, kami pun akhirnya bergegas lari menuju tempat berteduh. Hujan saat itu sangat deras, bahkan kaki teman saya pun sempat masuk lumpur yang dalam dan kaki saya kemasukan duri karena buru-buru :). Sesampainya kami di tempat berteduh, hujan tidak kunjung reda juga, akhirnya kami memutuskan pulang saja ke penginapan menerobos hujan. Dan kami pun sampai penginapan basah kuyup.

Perut pun terasa lapar dan kami pun memesan nasi goreng lagi, kemudian bersih-bersih dan istirahat.


Hari Kedua

Kami bangun jam setengah 5 pagi. Apalagi kalau bukan untuk mengejar sun rise di Situ Gunung. Konon katanya pemandangan sun rise disini sangat menakjubkan sehingga kami pun tidak mau melewatkan moment tersebut. Kami pun berjalan kaki dari penginapan menuju Situ Gunung. Sesampainya disana suasana masih sepi dan masih banyak kabut sehingga menambah suasana mistis.. Akhirnya perlahan-lahan kabut pun menguap digantikan dengan sinar matahari pagi yang muncul perlahan-lahan. Sungguh pemandangan yang sangat indah.

Kami pun tidak mau melewatkan mengabadikan moment tersebut dengan kamera kami.
Masih Berkabut

Danau Masih Berkabut

Pantulan Pohon Di Air Yang Sangat Indah

Sun Rise

Sun Rise
Setelah puas menikmati pagi di Situ Gunung, kami pun pulang dan istirahat sejenak di penginapan. Akhirnya kami pun mandi dan beres-beres siap untuk check out karena kami harus mengejar kereta di Stasiun Cisaat. Perjalanan menuju Stasiun Cisaat sama seperti pada saat kami datang, dan tidak perlu menunggu lama angkutan umumnya.

Akhirnya jam 1 siang kami pun benar-benar meninggalkan Situ Gunung. Perjalanan singkat tapi sangat berkesan dan murah meriah. Kami pun sampai di Stasiun Cisaat jam 2 dan menunggu kereta jam 3 yang mengantarkan kami ke Bogor. Sekitar jam 6 sore kami pun sampai ke Bogor dan naik commuter line yang mengantarkan kami kembali ke Jakarta.

Demikian perjalanan singkat kami ke Situ Gunung. Tempat ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk menghabiskan libur weekend anda. Jarak yang relatif masih dekat dengan ibukota, dan tidak membutuhkan biaya yang besar.

Happy Holiday,,!!! :)


* Untuk tambahan anda bisa membawa raincoat dan sleeping bag untuk berjaga-jaga kalau lagi hujan dan bagi anda yang tidak tahan dengan cuaca dingin di malam hari.