5/29/2011

Mengampuni Memaafkan dan Melupakan

  Setiap orang yang pernah terluka hatinya pasti akan mempunyai perasaan marah, sakit hati, dendam, benci, kecewa, dan lain-lain. Bagaimana kita mampu mengatasi semua perasaan itu kalau kita selalu mengingat bagaimana seseorang telah mengecewakan dan menyakiti hati kita? Apa yang harus dilakukan untuk memaafkannya dan melupakannya? Di saat menangis karena hati terluka, bisakah kita menahan emosi untuk tidak meluapkannya pada orang yang menyakiti hati kita?

   Hati bisa kita umpamakan seperti gelas kaca yang harus selalu dijaga, dipegang hati-hati agar tidak jatuh dan pecah. Tetapi bila gelas kaca itu jatuh dan pecah mungkin perlu usaha ekstra untuk mengumpulkan pecahannya dan memperbaikinya kembali dengan segala cara agar terlihat sempurna. Teman, sesempurna apapun usaha yang kita lakukan untuk mengembalikan gelas itu utuh kembali, pasti akan tetap terlihat bekas-bekas keretakan yang ada, dan tidak akan pernah kembali utuh dan indah.

   Saya mempunyai seorang teman yang dikecewakan oleh orang lain dan dia sudah memaafkan orang itu tetapi belum bisa melupakan kesalahan yang dibuat temannya itu. Apakah ini bisa dinamakan benar-benar memaafkan? Menurut saya ini tidak bisa di sebut dengan memaafkan. Ketika kita memaafkan seseorang maka kita akan melupakan 100 persen kesalahan yang dibuat orang itu terhadap kita. Kata memaafkan tidak mengenal kata "meskipun". Contohnya seperti ini: "Saya mau berteman denganmu kembali MESKIPUN kamu pernah menyakiti saya." Ketika seseorang mengucapkan kalimat seperti itu itu berarti dia belum bisa melupakan kesalahan yang pernah dibuat orang lain terhadap dirinya. Memaafkan berarti kita sudah melupakan dan tidak akan pernah menyinggung kembali kesalahan yang dibuat oleh orang lain terhadap kita dalam kondisi apapun itu.

   Mengampuni dan melupakan merupakan bagian yang tak terpisahan. Pertimbangkanlah sungguh-sungguh keputusan yang anda ambil hari ini, karena yang bertanggung jawab atas hari esok kita adalah keputusan kita hari ini. Melupakan adalah proses dari mengampuni, jadi tidak mungkin kita mengampuni tapi tidak melupakan. Melupakan memang butuh proses,  proses melupakan bisa kita umpamakan dengan bekas luka. Kalau tangan kita teriris pisau, pasti sakit dan menimbulkan luka. Ketika dalam proses penyembuhan kita tekan luka tersebut pasti akan mengeluarkan darah lagi. Tapi kalau sudah kering dan sembuh benar, kemudian kita tekan bekas luka tersebut apakah masih berdarah ? Tentu tidak

   Demikian pula dalam proses melupakan. Mungkin anda masih ingat dan tahu perbuatan "dia" terhadap "anda" tetapi ketika "anda" mengingat lagi perbuatan "dia" atas "anda" apakah anda masih marah / sinis / sakit hati / bahkan dendam? Kalau iya berarti "anda" belum melupakan kesalahan "dia" (ibarat luka kalo ditekan masih berdarah). Tetapi jika 'anda" mengingat perbuatan "dia" namun tidak ada rasa marah, sinis, sakit hati atau dendam, maka berarti "anda" sudah melupakan. Bekas tetap ada, tapi tidak berdarah lagi.

   Sudahkan anda meminta maaf kepada orang yang anda kecewakan/sakiti? Atau sudahkan anda memberikan maaf dan melupakan kesalahan orang yang pernah mengecewakan anda? Kalau belum segera lakukan sekarang sebelum anda kehilangan orang itu selamanya. Semoga bermanfaat!

Menjaga Perasaan Tidak Kecewa Karena Orang Lain

   Apakah Anda pernah merasa dikecewakan oleh orang lain? Pasti tidak enak ya, apalagi jika yang mengecewakan itu adalah orang yang kita percayai. Orang yang dikira baik ternyata dibelakang tidak seperti yang kita kira. Pertanyaannya sekarang adalah apakah kita benar-benar ‘dikecewakan’ ataukah kita hanya ‘merasa’ dikecewakan oleh orang itu? Jangan-jangan sebenarnya mereka tidak mengecewakan kita, tetapi kitalah yang merespon apa yang mereka lakukan itu sebagai suatu kekecewaan, lho?
 
   Jika Anda pernah kecewa, tentu Anda tahu betapa melelahkannya perasaan itu. Kebahagiaan kita terrenggut, waktu tidur kita berkurang, air mata kita terkuras. Perasaan hati kita juga menjadi gundah dan gelisah. Maka dari itu, jangan terlalu lama membiarkan kekecewaan menguasai diri kita. Untuk itu, saya ingin mengajak Anda untuk sama-sama menyimak 5 hal yang bisa membantu memerdekakan jiwa kita dari kekecewaan.  Berikut ini uraiannya.
 
1. Mengakui bahwa diri kita tidak sempurna 
Apabila orang lain berkomentar negatif tentang diri Anda, atau menggunjingkan kekurangan-kekurangan diri Anda, maka Anda tidak perlu kecewa. Terima saja, meskipun belum tentu yang mereka gunjingkan itu benar. Bersyukurlah jika ada orang yang bersedia menunjukkan ketidaksempurnaan Anda. Jika mereka salah, maka itu akan menjadi tambahan pahala bagi Anda. Tapi jika mereka benar, maka itu merupakan proses penyadaran untuk memperbaiki ketidaksempurnaan yang ada pada diri Anda. Semoga dengan begitu kita bisa terus memperbaiki diri. Meski tidak mudah, Insya Allah ada jalan untuk perbaikan selama kita berusaha.   
 
2. Menyadari bahwa orang lain juga tidak sempurna
Rasa kecewa sering kali disebabkan oleh penilaian yang terlalu tinggi kepada seseorang. “Kalau orang lain yang melakukannya aku masih bisa ngerti. Tapi, kok bisa-bisanya sih dia melakukan itu?” Begitu kan kita sering berkata saat kecewa? Siapapun dia hanyalah manusia biasa yang bisa berbuat salah atau dosa. Jika kita tidak sempurna, dia juga sama. Jadi sudah, relakan saja. Dia hanyalah manusia biasa yang tidak sempurna. Wajar jika dia melakukan sesuatu yang mengecewakan. Tidak usah diperpanjang karena kita sudah tahu betapa tidak sempurnanya dia.
 
3.  Menerima kenyataan bahwa lidah tidak selalu sejalan dengan hati
Banyak orang yang kecewa kepada orang lain karena dia mengira bahwa apa yang dikatakan orang itu pastinya sama dengan apa yang ada dalam hatinya. Padahal, tidak semua orang mengucapkan kata-kata yang sejalan dengan isi hatinya. Jika Anda sudah menyadari hal itu, maka Anda tidak akan terlalu kecewa saat mendapati perilaku seseorang yang bertolak belakang dengan ucapannya. Anda juga tidak akan terlalu kecewa kalau ada yang memuji Anda didepan, tetapi menjelek-jelekkan Anda dibelakang. Jika ada yang menjanjikan sesuatu kepada Anda tapi tidak kunjung diwujudkan; Anda juga tidak akan kecewa. Mengapa? Karena Anda sudah tahu bahwa lidah tidak selalu sejalan dengan hati. Jadi, tidak perlu heran. Enjoy aja….
 
4. Ingatlah bahwa Anda adalah pengendali diri Anda sendiri
Jika orang lain berusaha mengecewakan Anda, tetapi Anda sendiri tidak merasa kecewa; kira-kira dia berhasil membuat Anda kecewa atau tidak? Jelas sekali ya, bahwa yang menentukan apakah kita kecewa atau tidak itu bukan perlakuan orang lain kepada kita. Melainkan sikap yang kita ambil sendiri. Jika ada orang yang berusaha mengecewakan kita, biarkan saja. Sebab selama kita memilih tidak kecewa, maka kita akan baik-baik saja. Bersyukurlah karena Tuhan telah memberi kita kekuatan untuk mengambil kendali kepada diri kita sendiri. Selama Anda memegang kendali itu, tidak seorang pun bisa menjatuhkan jiwa Anda.
 
5.Meyakini bahwa segala sesuatunya tertera dalam catatan Tuhan
Selama Anda masih punya keyakinan kepada Tuhan, percaya deh semuanya akan baik-baik saja. Perkataan orang yang menjatuhkan Anda. Perbuatan orang yang merugikan Anda. Fitnahan, gunjingan, dan berita yang mengada-ada tercatat lengkap dalam buku yang dipegang terus oleh malaikat di kiri dan kanan. Kita tidak perlu ambil pusing soal semua itu, apalagi harus membalas dendam. Percayalah, bahwa Gusti Allah ora sare. Tuhan tidak pernah lengah.
 
Sudahlah, tidak usah kecewa lagi. Sayang energy kita terbuang percuma, mendingan   berserah diri saja kepada yang Maha Kuasa dengan keikhlasan dalam menerimanya.  Siapa tahu dengan begitu kita semakin disayang oleh Tuhan.
 
Mari Berbagi Semangat!



Tks to: Dadang Kadarusman